Senin, 01 November 2010

Persaingan Dunia Usaha

Memasuki tahun kerbau tanah 2009, seiring pergantian tahun ini maka pengaruh alam juga prilaku manusia umumnya akan dapat mengalami perubahan dibandingkan tahun sebelumnya. Banyak hal-hal yang harus diperhatikan baik yang menyangkut bisnis,kesehatan,hubungan sosial juga politik.
Dalam hal ini,saya hanya ingin berbagi sedikit masukan juga pengalaman,sehingga dapat di cermati agar tidak menghambat keberhasilan kita.
Bila kita lihat sosok serta sifat dari binatang kerbau itu sendiri,merupakan binatang pekerja keras,namun cenderung terlihat malas. Kerbau juga sabar, ulet namun sedikit kaku dan monoton. Di tahun 2009 ini,Kita harus pahami bahwa dimana dunia sedang mengalami goncangan dan masalah ekonomi,maka sangat membawa pengaruh dalam berbagai bidang kehidupan. Persaingan di dalam bidang usaha juga akan meningkat. Maka kerja keras dibandingkan tahun sebelumnya sangat diperlukan. Namun kerja keras itu juga harus diimbangi kesabaran yang kuat. Cobalah kita mengenali bisnis atau usaha kita lebih dalam. Jangan percaya akan janji-janji manis mengenai suatu usaha,yang nantinya akan merugikan kita. Berpikirlah bahwa segala sesuatu harus di pelajari juga di dalami terlebih dahulu sebaik mungkin. Hindari melakukan sesuatu di luar batas kemampuan kita. Karena jika kita lihat sifat dari shio Kerbau,Kerbau sangat menjunjung tinggi keselarasan dan keharmonisan. Tahun 2009 ini merupakan tahun Kerbau Tanah.
Maka Usaha-usaha yang berkaitan dengan unsur tanah dapat mengalami perbaikan dengan baik. Bgitupun usaha-usaha  yang bersinergi dengan unsur tanah tersebut yaitu unsur logam dan api. Tapi ini semua juga tidak lepas dari dukungan lain yaitu penataan rumah atau kantor dengan baik juga keberuntungan nasib pelaku bisnis itu sendiri
PEREKONOMIAN PADA TAHUN 2009, Nantinya Persaingan Dunia Usaha Akan Semakin Ketat
Lembaga riset Taylor Nelson Sofres (TNS) Indonesia memastikan persaingan usaha pada tahun 2009 akan makin ketat. Untuk itu, diperlukan suatu terobosan dalam kegiatan pemasaran produk dan salah satunya melalui pendekatan harga.
“Beberapa tahun ke depan akan penuh tantangan bagi profesional di bidang pemasaran, khususnya yang bekerja di negara berkembang seperti Indonesia. Ini karena persaingan harga berbagai produk di pasaran akan makin ketat,” kata Presiden Direktur TNS Indonesia, Raghavan Srinivasan.
Apalagi, produk domestik bruto diramalkan hanya akan tumbuh sekitar 2-3 persen. Di tengah kondisi sulit seperti saat ini, maka penetapan harga produk mungkin akan menjadi keputusan yang paling menentukan bagi para tenaga pemasaran di Indonesia.
Seyogyanya semua rekan kerja adalah satu kesatuan. Sesama rekan sekerja, kita harus tolong menolong. Akan tetapi, tidak selamanya semuanya akan berjalan seperti itu. Kadang ada saja yang sikut sana-sisi. Menjelek-jelekkan rekan yang lain dan sejenisnya seperti itu. Mungkin orang yang menjelek-jelekkan
Sesama rekan sekerja, boleh saja kita bersaing. Tujuan persaingan ini ada bermacam-macam. Salah satunya untuk menunjukkan kepada atasan bahwa kita bisa melakukan pekerjaan yang diberikan dengan baik. Persaingan seperti itu adalah persaingan yang sehat. Menggunakan cara-cara yang positif. Alhasil produktifitas akan meningkat.
Akan tetapi ada saja persaingan yang tidak sehat. Contohnya ya itu tadi, menjelek-jelekkan teman sekantor. Jika itu sudah terjadi, maka bisa jadi produktifitas akan menurun karena sesama rekan sekerja tidak ada suasana yang harmonis. Saling menyalahkan dan merasa dirinya paling benar. Jika kita merasa benar, sebaiknya kita mengalah saja.
SDM Indonesia dalam Persaingan Global
Sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini kita abaikan. Dalam kaitan tersebut setidaknya ada dua hal penting menyangkut kondisi SDM Indonesia, yaitu:
Pertama adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja.
Kedua, tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih relatif rendah.
Kedua masalah tersebut menunjukkan bahwa ada kelangkaan kesempatan kerja dan rendahnya kualitas angkatan kerja secara nasional di berbagai sektor ekonomi. Lesunya dunia usaha akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini mengakibatkan rendahnya kesempatan kerja terutama bagi lulusan perguruan tinggi. Sementara di sisi lain jumlah angkatan kerja lulusan perguruan tinggi terus meningkat. Kesempatan kerja yang terbatas bagi lulusan perguruan tinggi ini menimbulkan dampak semakin banyak angka pengangguran sarjana di Indonesia.
Menurut catatan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Depdiknas angka pengangguran sarjana di Indonesia lebih dari 300.000 orang.
Fenomena meningkatnya angka pengangguran sarjana seyogyanya perguruan tinggi ikut bertanggungjawab. Fenomena penganguran sarjana merupakan kritik bagi perguruan tinggi, karena ketidakmampuannya dalam menciptakan iklim pendidikan yang mendukung kemampuan wirausaha mahasiswa.
Kenyataan ini belum menjadi kesadaran bagi bangsa Indonesia untuk kembali memperbaiki kesalahan pada masa lalu. Rendahnya alokasi APBN untuk sektor pendidikan — tidak lebih dari 12% — pada peme-rintahan di era reformasi. Ini menunjukkan bahwa belum ada perhatian serius dari pemerintah pusat terhadap perbaikan kualitas SDM. Padahal sudah saatnya pemerintah baik tingkat pusat maupun daerah secara serius membangun SDM yang berkualitas.
Orang tidak bekerja alias pengangguran merupakan masalah bangsa yang tidak pernah selesai. Ada tiga hambatan yang menjadi alasan kenapa orang tidak bekerja, yaitu hambatan kultural, kurikulum sekolah, dan pasar kerja. Hambatan kultural yang dimaksud adalah menyangkut budaya dan etos kerja. Sementara yang menjadi masalah dari kurikulum sekolah adalah belum adanya standar baku kurikulum pengajaran di sekolah yang mampu menciptakan dan mengembangkan kemandirian SDM yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Sedangkan hambatan pasar kerja lebih disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM yang ada untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja.
Ekonomi abad ke-21, yang ditandai dengan globalisasi ekonomi, merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, di mana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi yang sudah pasti dihadapi oleh bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha. Dalam globalisasi yang menyangkut hubungan intraregional dan internasional akan terjadi persaingan antarnegara. Indonesia dalam kancah persaingan global menurut World Competitiveness Report menempati urutan ke-45 atau terendah dari seluruh negara yang diteliti, di bawah Singapura (8), Malaysia (34), Cina (35), Filipina (38), dan Thailand (40). Masalah daya saing dalam pasar dunia yang semakin terbuka merupakan isu kunci dan tantangan yang tidak ringan. Tanpa dibekali kemampuan dan keunggulan saing yang tinggi niscaya produk suatu negara, termasuk produk Indonesia, tidak akan mampu menembus pasar internasional.
Dengan demikian, pada era reformasi dewasa ini, alokasi SDM masih belum mampu mengoreksi kecenderungan terciptanya konsentrasi ekonomi yang memang telah tercipta sejak pemerintahan masa lalu. Sementara di sisi lain Indonesia kekurangan berbagai keahlian untuk mengisi berbagai tuntutan globalisasi.
Dengan begitu, seandainya bangsa Indonesia tidak bisa menyesuaikan terhadap pelbagai kondisionalitas yang tercipta akibat globalisasi, maka yang akan terjadi adalah adanya gejala menjual diri bangsa dengan hanya mengandalkan sumberdaya alam yang tak terolah dan buruh yang murah. Sehingga yang terjadi bukannya terselesaikannya masalah-masalah sosial ekonomi seperti kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan ekonomi, tetapi akan semakin menciptakan ketergantungan kepada negara maju karena utang luar negeri yang semakin berlipat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar