Anak – anak adalah aset suatu bangsa yang sangat berharga,
karena mereka adalah calon penerus bangsa yang akan melanjutkan perjuangan
keberadaan suatu bangsa di masa datang. Namun sebagai aset berharga, tidak
semua anak memperoleh haknya untuk dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana
layaknya anak pada umumnya. Harapan bangsa ini kepada generasi muda sangat
besar, akan tetapi harapan itu menjadi keraguan ketika melihat kenyataan yang
ada pada saat ini. Yaitu banyak generasi penerus bangsa yang tidak mampu
mendapatkan pendidikan yang layak dan tuntas yang seharusnya mereka dapatkan.
Masih banyak generasi muda yang terlantar di jalanan, di tempat yang tidak
semestinya mereka berada. Namun demikian, itulah kenyataan hidup generasi
penerus bangsa saat ini.
Hal ini salah satunya dialami oleh anak jalanan yang karena
satu dan lain hal haknya sebagai anak tidak dapat terpenuhi dengan baik. Menjadi
anak jalanan bukanlah sebuah pilihan hidup mereka, melainkan sebuah tuntutan
hidup. Keberadaan anak jalanan di setiap persimpangan jalan, stasiun, terminal
adalah fenomena, gejala tentang gambaran nyata kondisi kemiskinan suatu kota
dan gambaran kemiskinan suatu bangsa. Adapun beberapa faktor yang mengharuskan
mereka seperti itu, seperti faktor kemiskinan, faktor yang ada di dalam
keluarga mereka, seperti perceraian orang tua, orang tua yang tidak bertanggung
jawab, dan juga bisa karena faktor kurangnya pendidikan orang tua mereka yang
terkadang lepas tangan dan terkadang tidak perduli akan pendidikan anak –
anaknya.
Dengan adanya tugas kuliah yang diberikan, disini saya tidak
sendiri melainkan bersama – sama dengan teman – teman kelas saya yang telah
mendatangi langsung dimana anak jalanan ini berada dan mencoba memberi sedikit
perhatian dan keperdulian kami untuk mereka. Saya dan teman – teman saya
mendatangi sebuah tempat yang berada pada Jalan Kemang Utara 1X, RT 11/RW 4,
Kelurahan Bangka, Kecamatan Mampang Prapatan yang berada di daerah Jakarta. Untuk
menuju ke tempat itu kita harus berjalan kaki masuk ke dalam suatu gang kecil,
tempatnya cukup ramai, didepan gang-nya terdapat tempat penjualan hewan seperti
kambing dan lainnya, terdapat juga pasar dan toko – toko yang berjualan barang
– barang bisa dibilang untuk kebutuhan sehari – hari yang harganya cukup
terjangkau bagi masyarakat umum disekitarnya.
D’Champ Social School adalah suatu wadah yang menampung
banyaknya anak – anak kecil untuk dibina, diberikan pengetahuan, pengalaman,
pendidikan dan keperdulian. Anak – anak D’Champ Social School selain berasal
dari keluarga yang kurang beruntung, ada juga yang hidupnya sebagai anak
jalanan dan bermacam - macam. D’Champ Social School dibimbing oleh pengajar
ataupun sukarelawan dari berbagai usia yang memang rasa keperdulian terhadap
anak – anak bangsa yang kurang beruntung sangat tinggi demi majunya sebuah
bangsa dalam mencerdaskan anak – anak bangsa itu sendiri.
Setelah saya dan teman – teman lainnya sampai ke tempat yang
biasa disebut D’Champ Social School, saya disambut dengan suatu keadaan dimana
jarang sekali saya temui dan tidak pernah saya rasakan sebelumnya. D’Champ
Social School sebuah ruangan yang tidak terlalu besar yang kurang sekali adanya
sirkulasi udara untuk menampung banyaknya anak – anak jalanan yang ada,
udaranya pun cukup panas untuk banyaknya orang – orang yang berada di dalam
ruangan tersebut yang hanya di fasilitasi sebuah kipas angin yang anginnya pun
yang terkena hanya sebagian. Di D’Champ Social School, anak – anak jalanan itu
dididik, diberikan pelajaran, diberikan berbagai macam pengetahuan. Ruangannya
cukup menarik, karena dihiasi oleh gambar berwarna – warni yang disesuaikan
untuk anak – anak kecil pada dinding ruangannya. Saya dan teman – teman
disambut riang oleh penghuni D’Champ Social School tersebut, anak – anak
kecilnya cukup banyak dan lucu – lucu, anak – anak kecil yang seharusnya
bermain dan belajar tanpa memikirkan suatu beban pun, anak – anak kecil yang
harusnya bisa hidup dengan enak, aman dan nyaman, tetapi kenyataan berkata
sebaliknya.
Dalam kunjungan kami pada hari itu, saya dan teman – teman
memberikan sedikit hiburan untuk mereka, kami mengadakan games untuk anak –
anak itu yang kalau mereka bisa melakukan games tersebut mereka akan diberikan hadiah
kenang – kenangan dari kami dan mereka pun sangat senang. Setelah games selesai
kami memulai mengajarkan pada mereka membuat suatu prakarya yang menggunakan kertas
warna – warni sebagai bahan dasarnya. Disini kami semua terjun langsung
mengajari mereka yang dibagi menjadi beberapa kelompok. Saya mengajari kurang
lebih sekitar 5 anak untuk membuat prakarya sebuah burung dengan menggunakan
kertas warna – warni yang sudah kami persiapkan sebelumnya. Respon anak – anak
itu sangat antusias sekali, mereka senang diajari membuat prakarya tersebut,
intinya yang saya rasakan adalah pada saat saya mengajari mereka, saya merasa
saya sangat dibutuhkan oleh mereka, mereka tidak segan bertanya dan minta
bantuan ketika mereka tidak bisa dan tidak mengerti. Ada kemauan besar dalam
diri mereka, yang sangat baiknya diasah dengan baik yang didukung juga dengan
fasilitas yang baik pula.
Waktu pun bergulir cukup cepat, tidak terasa kami cukup lama
berada pada tempat itu, setelah semua proses belajar dan bermain selesai, kami
pun pamit untuk pulang. Saya menemukan suasana yang senang dan juga sedih. Saya
sangat senang berada di D’Champ Social School bertemu dengan anak – anak kecil
itu, anak – anak yang masih polos, lucu, baik, dan pintar. Saya senang bisa
memberikan sedikit dari apa yang saya bisa lakukan dan saya berikan. Dan sedih
pun juga saya rasakan ketika ada seorang anak perempuan yang cantik berucap
dengan polosnya dan penuh harap pada saya, “Kakak, besok kesini lagi kan?”.
Saya merasakan ketulusan ketika berada diantara mereka. Itu juga yang membuat
saya ingin kembali lagi ke tempat itu, D’Champ Social School.
Sangat disayangkan apabila anak – anak yang kurang beruntung
itu ditelantarkan begitu saja. Tidak ada yang pernah tahu akan jadi apa anak –
anak itu, dan siapa tahu diantara mereka itu adalah calon pemimpin bangsa ini.
Setidaknya bagi kami generasi muda yang hidupnya jauh lebih beruntung dari
mereka tergerak hatinya untuk memberikan sedikit keperdulian yang kita punya
untuk mereka. Karena tidak ada seorang anak pun yang ingin dilahirkan dari
keluarga yang kurang beruntung, tidak ada yang ingin dilahirkan dalam keadaan
yang sangat memprihatinkan sebagai anak jalanan. Karena semua anak ingin hidup
bahagia, merasa aman, terpelihara, disayangi, diberi pendidikan, dan
difasilitasi dengan baik.
Anak jalanan juga mempunyai mimpi. Mereka ingin
mendapatkan rasa keperdulian dari berbagai kalangan masyarakat. Rasa
keperdulian itu bermacam-macam bentuknya, bisa dengan menggambar bersama,
mengajarkan baca tulis dan berhitung, menghibur mereka, mengajak mereka jalan –
jalan dan lainnya. Mungkin tidak semua orang sudah memiliki dan sekaligus
merealisasikan rasa keperdulian mereka, kalau bukan kita, siapa lagi?