Kamis, 16 Januari 2014

save street child

Anak – anak adalah aset suatu bangsa yang sangat berharga, karena mereka adalah calon penerus bangsa yang akan melanjutkan perjuangan keberadaan suatu bangsa di masa datang. Namun sebagai aset berharga, tidak semua anak memperoleh haknya untuk dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana layaknya anak pada umumnya. Harapan bangsa ini kepada generasi muda sangat besar, akan tetapi harapan itu menjadi keraguan ketika melihat kenyataan yang ada pada saat ini. Yaitu banyak generasi penerus bangsa yang tidak mampu mendapatkan pendidikan yang layak dan tuntas yang seharusnya mereka dapatkan. Masih banyak generasi muda yang terlantar di jalanan, di tempat yang tidak semestinya mereka berada. Namun demikian, itulah kenyataan hidup generasi penerus bangsa saat ini.

Hal ini salah satunya dialami oleh anak jalanan yang karena satu dan lain hal haknya sebagai anak tidak dapat terpenuhi dengan baik. Menjadi anak jalanan bukanlah sebuah pilihan hidup mereka, melainkan sebuah tuntutan hidup. Keberadaan anak jalanan di setiap persimpangan jalan, stasiun, terminal adalah fenomena, gejala tentang gambaran nyata kondisi kemiskinan suatu kota dan gambaran kemiskinan suatu bangsa. Adapun beberapa faktor yang mengharuskan mereka seperti itu, seperti faktor kemiskinan, faktor yang ada di dalam keluarga mereka, seperti perceraian orang tua, orang tua yang tidak bertanggung jawab, dan juga bisa karena faktor kurangnya pendidikan orang tua mereka yang terkadang lepas tangan dan terkadang tidak perduli akan pendidikan anak – anaknya.

Dengan adanya tugas kuliah yang diberikan, disini saya tidak sendiri melainkan bersama – sama dengan teman – teman kelas saya yang telah mendatangi langsung dimana anak jalanan ini berada dan mencoba memberi sedikit perhatian dan keperdulian kami untuk mereka. Saya dan teman – teman saya mendatangi sebuah tempat yang berada pada Jalan Kemang Utara 1X, RT 11/RW 4, Kelurahan Bangka, Kecamatan Mampang Prapatan yang berada di daerah Jakarta. Untuk menuju ke tempat itu kita harus berjalan kaki masuk ke dalam suatu gang kecil, tempatnya cukup ramai, didepan gang-nya terdapat tempat penjualan hewan seperti kambing dan lainnya, terdapat juga pasar dan toko – toko yang berjualan barang – barang bisa dibilang untuk kebutuhan sehari – hari yang harganya cukup terjangkau bagi masyarakat umum disekitarnya.

D’Champ Social School adalah suatu wadah yang menampung banyaknya anak – anak kecil untuk dibina, diberikan pengetahuan, pengalaman, pendidikan dan keperdulian. Anak – anak D’Champ Social School selain berasal dari keluarga yang kurang beruntung, ada juga yang hidupnya sebagai anak jalanan dan bermacam - macam. D’Champ Social School dibimbing oleh pengajar ataupun sukarelawan dari berbagai usia yang memang rasa keperdulian terhadap anak – anak bangsa yang kurang beruntung sangat tinggi demi majunya sebuah bangsa dalam mencerdaskan anak – anak bangsa itu sendiri.

Setelah saya dan teman – teman lainnya sampai ke tempat yang biasa disebut D’Champ Social School, saya disambut dengan suatu keadaan dimana jarang sekali saya temui dan tidak pernah saya rasakan sebelumnya. D’Champ Social School sebuah ruangan yang tidak terlalu besar yang kurang sekali adanya sirkulasi udara untuk menampung banyaknya anak – anak jalanan yang ada, udaranya pun cukup panas untuk banyaknya orang – orang yang berada di dalam ruangan tersebut yang hanya di fasilitasi sebuah kipas angin yang anginnya pun yang terkena hanya sebagian. Di D’Champ Social School, anak – anak jalanan itu dididik, diberikan pelajaran, diberikan berbagai macam pengetahuan. Ruangannya cukup menarik, karena dihiasi oleh gambar berwarna – warni yang disesuaikan untuk anak – anak kecil pada dinding ruangannya. Saya dan teman – teman disambut riang oleh penghuni D’Champ Social School tersebut, anak – anak kecilnya cukup banyak dan lucu – lucu, anak – anak kecil yang seharusnya bermain dan belajar tanpa memikirkan suatu beban pun, anak – anak kecil yang harusnya bisa hidup dengan enak, aman dan nyaman, tetapi kenyataan berkata sebaliknya.

Dalam kunjungan kami pada hari itu, saya dan teman – teman memberikan sedikit hiburan untuk mereka, kami mengadakan games untuk anak – anak itu yang kalau mereka bisa melakukan games tersebut mereka akan diberikan hadiah kenang – kenangan dari kami dan mereka pun sangat senang. Setelah games selesai kami memulai mengajarkan pada mereka membuat suatu prakarya yang menggunakan kertas warna – warni sebagai bahan dasarnya. Disini kami semua terjun langsung mengajari mereka yang dibagi menjadi beberapa kelompok. Saya mengajari kurang lebih sekitar 5 anak untuk membuat prakarya sebuah burung dengan menggunakan kertas warna – warni yang sudah kami persiapkan sebelumnya. Respon anak – anak itu sangat antusias sekali, mereka senang diajari membuat prakarya tersebut, intinya yang saya rasakan adalah pada saat saya mengajari mereka, saya merasa saya sangat dibutuhkan oleh mereka, mereka tidak segan bertanya dan minta bantuan ketika mereka tidak bisa dan tidak mengerti. Ada kemauan besar dalam diri mereka, yang sangat baiknya diasah dengan baik yang didukung juga dengan fasilitas yang baik pula.

Waktu pun bergulir cukup cepat, tidak terasa kami cukup lama berada pada tempat itu, setelah semua proses belajar dan bermain selesai, kami pun pamit untuk pulang. Saya menemukan suasana yang senang dan juga sedih. Saya sangat senang berada di D’Champ Social School bertemu dengan anak – anak kecil itu, anak – anak yang masih polos, lucu, baik, dan pintar. Saya senang bisa memberikan sedikit dari apa yang saya bisa lakukan dan saya berikan. Dan sedih pun juga saya rasakan ketika ada seorang anak perempuan yang cantik berucap dengan polosnya dan penuh harap pada saya, “Kakak, besok kesini lagi kan?”. Saya merasakan ketulusan ketika berada diantara mereka. Itu juga yang membuat saya ingin kembali lagi ke tempat itu, D’Champ Social School.

Sangat disayangkan apabila anak – anak yang kurang beruntung itu ditelantarkan begitu saja. Tidak ada yang pernah tahu akan jadi apa anak – anak itu, dan siapa tahu diantara mereka itu adalah calon pemimpin bangsa ini. Setidaknya bagi kami generasi muda yang hidupnya jauh lebih beruntung dari mereka tergerak hatinya untuk memberikan sedikit keperdulian yang kita punya untuk mereka. Karena tidak ada seorang anak pun yang ingin dilahirkan dari keluarga yang kurang beruntung, tidak ada yang ingin dilahirkan dalam keadaan yang sangat memprihatinkan sebagai anak jalanan. Karena semua anak ingin hidup bahagia, merasa aman, terpelihara, disayangi, diberi pendidikan, dan difasilitasi dengan baik.

Anak jalanan juga mempunyai mimpi. Mereka ingin mendapatkan rasa keperdulian dari berbagai kalangan masyarakat. Rasa keperdulian itu bermacam-macam bentuknya, bisa dengan menggambar bersama, mengajarkan baca tulis dan berhitung, menghibur mereka, mengajak mereka jalan – jalan dan lainnya. Mungkin tidak semua orang sudah memiliki dan sekaligus merealisasikan rasa keperdulian mereka, kalau bukan kita, siapa lagi?